Lurah Cantik Ini Gencarkan Kampanye Urban Farming di Pondok Labu
4 Januari 2018

Keterbatasan lahan di kawasan perkotaan tidak menyurutkan niat Lurah Pondok Labu, Siti Fauziah untuk mengembangkan konsep urban farming. Sejak dirintis April 2017, sejumlah kebun organik telah menghasilkan hasil panen yang memuaskan. “Awalnya kami buat di sebuah lahan di kantor kelurahan Lenteng Agung. Namun kemudian berkembang ke lokasi lain. Bahkan, warga banyak yang tertarik dan menjadikan lahan pekarangan rumah mereka untuk berkebun,” kata Siti Fauzia kepada Warta Kota, Kamis (4/1/2017). Tren urban farming atau bertani di perkotaan memang sedang meningkat beberapa tahun terakhir. Pertanian yang memanfaatkan lahan pekarangan sempit di kota, termasuk rumah dan perkantoran, digadang-gadang jadi salah satu solusi untuk penguatan ketahanan pangan. Siti mengungkapkan, selain menjadi kegiatan positif dalam menghijaukan kawasan, urban farming juga sekaligus bisa memenuhi kebutuhan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman atau B2SA. “Maka dari itu hingga saat ini kami terus gencarkan kampanye urban farming kepada warga. Kami datang dari pintu ke pintu untuk mengenalkan konsep ini. Banyak warga yang awalnya kebingungan tapi akhirnya tertarik mencoba berkebun di pekarangan yang tidak terlalu luas,” katanya. “Sejumlah PPSU di Pondok Labu juga kebetulan memiliki keahlian dalam bidang pertanian dan mereka mengajukan diri untuk mendampingi warga yang ingin mengaplikasikan konsep ini,” Siti menambahkan. Adapun beberapa lokasi urban farming dengan lahan terbatas yang ada di Kelurahan Pondok Labu, Jakarta Selatan yakni di Kantor Kelurahan Pondok Labu, Taman Timah RT 01/03, RPTRA Krukut Pola RT 10/3, RPTRA Pola Idaman RT 13/01 dan KWT (Kelompok Wanita Tani) Srikandi 3 RT 07/03. “Dalam waktu dekat titiknya akan bertambah karena sudah ada sejumlah warga yang tertarik dan meminta bantuan dari sisi edukasi kepada kami. Nanti kami akan ajarkan bagaimana menjadikan pekarangan sebagai ladang produktif,” ungkapnya. Dijelaskannya, beberapa jenis sayuran yang ditanam di lahan urban farming seperti sawi, pokcoy, cabai, kangkung, serta bayam merah. “Hasil yang dipanen memang belum bisa menguntungkan secara ekonomi karena jumlahnya tidak banyak. Minimal warga bisa mendapatkan sayuran dengan kualitas bagus dan tentu saja dengan kepuasan yang berbeda karena ditanam sendiri, ” katanya.

 

sumber: warta kota

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.email


15 − 3 =