Pengembangan Kawasan Anggrek
18 Juni 2015

Provinsi DKI Jakarta memiliki potensi pengembangan anggrek sejak jaman dahulu. Iklim dan topografi yang sesuai, serta adanya penyilang lokal yang memiliki keahlian yang baik menyebabkan anggrek menjadi salah satu komoditas yang pernah sangat digemari oleh masyarakat. Berapa hasil silangan dari penyilang lokal itu adalah: Dendrobium Jayakarta, Dendrobium None Jakarta, Dendrobium Srikandi Jaya, dan lain-lain. Namun seiring dengan perjalanan waktu usaha pengembangan anggrek lokal di Jakarta mulai memudar, digantikan oleh anggrek luar yang lebih disukai pasar.

Pengembangan tanaman anggrek dilakukan dalam upaya meningkatkan nilai tambah dan keuntungan yang optimal bagi petani dan pelaku usaha. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan tanaman anggrek adalah : sulitnya petani dalam mendapatkan benih bermutu, kurangnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam menerapkan sistem budidaya, dan sering bergantinya selera pasar.

Pemerintah memiliki tugas dan kewajiban untuk memfasiltasi, membina dan mengembangkan penyediaan bibit unggul dan bermutu. Agar petani dapat meneruskan usahanya maka diperlukan dukungan dari pemerintah.

Berbagai upaya perlu dilakukan secara intensif dengan melibatkan seluruh pihak terkait agar usaha/bisnis tanaman anggrek dapat memberikan kontribusi, yang paling utama adalah kontribusi ekonomi kepada pelaku usaha anggrek. Dengan menumbuhkan sentra-sentra tanaman anggrek baru dan mengutuhkan kawasan yang sudah ada diharapkan ada pergerakan usaha menjadi skala industri. Selain itu pengelolaan kebun yang baik dan mengarah kepada peningkatan daya saing dan berdampak terhadap pertumbuhan perekonomian masyarakat dan daerah.

Kegiatan dalam pengembangan kawasan merupakan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada upaya meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu sehingga dapat mencapai sasaran produksi dan produktivitas yang telah ditetapkan. Dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman florikultura dilakukan dengan pendekatan penerapan Good Agriculture Practices (GAP) dan Good Handling Practices yang berpedoman pada Standard Operating Procedure(SOP) yang disepakati oleh pelaku dan pembina usaha anggrek.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.email


twenty − nineteen =