Kalau kita membeli barang elektronik seperti TV atau Kulkas, sering mendapat plastik bubble. Plastik bubble adalah lembaran plastik yang berisi bantalan udara berbentuk bulat untuk melindungi barang agar tidak pecah atau rusak. Plastik bubble tersebut jangan dibuang, karena dapat dimanfaatkan sebagai pengganti Net Pot dan Rockwool pada budidaya tanaman dengan system hidroponik. Plastik bubble dipotong-potong selebar 3 sampai dengan 5 cm panjang disesuaikan dengan bahan yang ada. Potongan Plastik bubble ini nanti digulung-gulung bersamaan dengan bibit tanaman sayuran yang akan ditanam dengan sistem hidroponik. Gulungan Plastik bubble dan bibit yang ada di dalamnya membentuk lingkaran tidak lebih dari 23 mm atau seluas lingkaran lubang yang akan dibuat di paralon. Penggunaan Plastik bubble dapat menghemat pengeluaran untuk membeli net pot dan rockwool. Biasanya satu lubang tanam membutuhkan satu buah net pot plus dengan potongan kecil rockwool seharga 1.250 sampai dengan 1.500 rupiah. Pengeluaran tersebut cukup digantikan dengan satu helai plastik bubble seukuran lebar 3 sampai dengan 5 cm. Semakin banyak lubang tanam yang akan dibuat maka semakin kecil biaya yang dikeluarkan untuk membangun sistem hidroponik.
Menurut Hary Prayitno, Penyuluh Pertanian Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan yang merupakan penggagas utama pemanfaatan plastik bubble ini menyatakan bahwa selain dapat menurunkan biaya penanaman, keuntungan lain adalah serangan lumut yang sering menyerang rockwool dan net pot dapat dihindari, selain dari itu, plastik bubble dapat mencegah masuknya air hujan kedalam system pengairan hydroponic yang dapat mengganggu konsentrasi AB Mix yang ada dalam tabung cadangan. Mengingat penggunakan Plastik bubble ini tidak perlu membuat lubang tanam di paralon sebesar ukuran netpot, maka jarak tanam dapat diperpendek menjadi 10 sampai dengan 12 cm dari yang sebelumnya antara 20 sampai dengan 25 cm. Jadi dalam pipa paralon yang panjangnya 4 meter sebelumnya dengan menggunakan net pot dan rockwool terdapat 20 populasi tanaman, sedangkan dengan menggunakan plastik bubble dapat dibuat jarak tanam 10 sampai dengan 12 cm maka populasi tanaman bisa mencapai maksimal 40 buah. Secara keseluruhan penggunaan plastik bubble sebagai pengganti net pot dan rockwool dapat menurunkan biaya produksi dan meningkatkan populasi tanaman, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan.
Penggunaan plastik bubble telah mulai dilakukan dan dikembangkan oleh Hary Prayitno pada kelompok-kelompok tani binaan di wilayah kerja penyuluh pertanian Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Bahkan di kantor Kecamatan Pesanggrahan sekarang ini sudah diterapkan sebagai obyek percontohan kepada masyarakat luas. Jadi untuk bercocok tanam sayuran dengan menggunakan sistem hidroponik tidak harus mahal, dapat menggunakan barang- yang tidak dapat digunakan lagi, namun secara teknis dapat dimanfaatkan untuk bercocok tanam dengan hidroponik. Menurut Prayitno ke depan penggunaan sistem hidroponik akan semakin murah saja, tentunya dengan syarat, harus terus menerus mencoba sendiri di rumah dengan menggunakan bahan-bahan yang ada disekitar kita, termasuk juga didalamnya bagaimana kita akan meracik AB Mix yang bisa lebih murah dari pada kita membeli di toko yang sudah siap pakai. Saran Penyuluh Pertanian Senior ini adalah jika ingin berbahasil di tanaman hidroponik adalah dengan terus berinovasi tanpa batas.
(Harry Prayitno, Penyuluh Pertanian Kecamatan Pesangggrahan, Didi Setiabudi Penyuluh Pertanian Dinas KPKP, 2019)