Peningkatan kapasitas pendamping Jakpreneur kolaborasi antara Dinas KPKP Provinsi DKI Jakarta, PT Bentz Jaz Indonesia, dan Universitas Trilogi Jakarta (4/3)

Kegiatan yang diikuti 150 peserta yang terdiri dari PJLP pendamping Jakpreneur, Kepala Satuan Pelaksana, dan jajaran Dinas KPKP DKI Jakarta baik Suku Dinas maupun UPT tersebut dibuka pelaksanaannya oleh Asisten Perekonomian Setda Provinsi DKI Jakarta, Sri Haryati.

Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan capaian target yang telah ditetapkan khususnya pada Rencana Aksi Kegiatan Strategis Daerah tentang Jakpreneur di lingkup Dinas KPKP

Tahun ini Dinas KPKP menargetkan sebanyak 6.206 Jakpreneur. Melalui kegiatan ini diharapkan para pendamping Jakpreneur dapat menjalankan tugas dengan profesional, penuh inovasi, dan kreatif.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam menjamin keamanan dan mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) di wilayah Provinsi DKI Jakarta, Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) Provinsi DKI Jakarta mengadakan Sidang Komisi Teknis untuk mereview dan memberikan rekomendasi atas produk PSAT yang diusulkan oleh pelaku usaha.

Sidang Komisi Teknis OKKP-D yang dilaksanakan selama 2 hari ini (29-30/10) merupakan sidang ke-5 di tahun 2019. Sidang ini dihadiri oleh Anggota Komisi Teknis yang merupakan Tim Ahli Independen dan seluruh Manajemen OKKP-D Provinsi DKI Jakarta.

Pada sidang ini, para inspektor OKKP-D memaparkan hasil penilaian lapangan dan hasil pengujian produk yang dilakukan di masing-masing pelaku usaha.

Terdapat total 7 pelaku usaha dan 25 usulan produk, yaitu 23 produk PSAT dan 2 Rumah Pengemasan, yang direview pada sidang kali ini. Dari hasil sidang, semua usulan produk tersebut dinyatakan lulus dan mendapat rekomendasi dari Anggota Komisi Teknis untuk diterbitkan sertifikatnya.

Pendaftaran PSAT yang semula bersifat sukarela akan menjadi wajib di tahun 2020 berdasarkan Permentan Nomor 53 Tahun 2018 tentang Mutu dan Keamanan PSAT.

Penilaian meliputi, proses produksi, sanitasi lingkungan, kelengkapan administrasi, dan hasil uji laboratorium.

Sampai dengan September 2019 terdapat 373 sertifikat yang telah diterbitkan oleh OKKP-D Provinsi DKI Jakarta yang terdiri dari 369 sertifikat Pendaftaran PSAT dan 4 sertifikat Registrasi Rumah Pengemasan.

   

Tahukah kalian, apakah beras yang kalian konsumsi sehari-hari sudah terjamin keamanan dan mutunya? Coba perhatikan kemasan beras yang sering kalian konsumsi, apakah tercantum nomor seperti pada gambar di bawah?

Berdasarkan Permentan Nomor 53 Tahun 2018, setiap pelaku usaha yang mengedarkan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) dalam bentuk kemasan, seperti beras, kacang, rempah, sayur, buah dan lainnya, wajib mendaftarkan produknya agar terjamin keamanan dan mutunya.

Untuk wilayah Provinsi DKI Jakarta, tugas dan kewenangan dalam menjamin keamanan dan mutu PSAT tersebut dilaksanakan oleh OKKP-D atau Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah Provinsi DKI Jakarta, yang berada di bawah UPT Pusat Promosi dan Sertifikasi Hasil Pertanian (PPSHP) DKPKP.

Dalam mendapatkan nomor tersebut, harus dilakukan inspeksi sanitasi higienis pada sarana produksi dan distribusi PSAT serta dilakukan sampling produk oleh Inspektor OKKP-D untuk kemudian dilakukan pengujian cemaran kimia dan biologi di laboratorium PPSHP. Setelah proses inspeksi dan pengujian selesai, hasil tersebut dilaporkan kepada tim ahli independen dalam Sidang Komisi Teknis, yang bertugas untuk melakukan review dan memberikan rekomendasi apakah produk tsb layak mendapat sertifikat jaminan keamanan pangan yang ditandai dengan pemberian Nomor PSAT.

Dengan adanya nomor pendaftaran pada kemasan produk PSAT berarti produk tersebut layak dan aman dikonsumsi oleh masyarakat.

Ayo kita biasakan cek nomor pada kemasan produk PSAT sebelum membeli ya, sobat.

Pemprov. DKI Jakarta memiliki lahan seluas ± 96 Ha yg berlokasi di Desa Ciangir, Legok Tangerang, Banten. Area seluas ± 2,5 Ha telah dimanfaatkan olah Dinas KPKP Provinsi DKI Jakarta untuk budidaya tanaman jagung manis yang telah panen perdana pada tanggal 10 Mei 2019. Di titik yang sama, Dinas KPKP Provinsi DKI Jakarta melakukan budidaya tanaman cabai merah keriting, bawang merah, dan pepaya california.

Pagi hari ini (7/8) Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta, Saefullah didampingi Kepala Dinas KPKP, Darjamuni, Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin, Direktur Bimkemas dan Pengentasan Anak Kemenkumham, Anas Saeful Anwar serta Kalapas Terbuka Kelas IIB Ciangir, Sugeng Indrawan melakukan panen perdana cabai merah keriting sekaligus meresmikan Bale Ciangir, yang merupakan rumah jaga kawasan pertanian di Ciangir sekaligus untuk tempat penyuluhan bagi para petani dan warga masyarakat sekitar.

Cabai merah keriting varietas Kastilo F1 (hybrid) yang mulai ditanam tanggal 20 Mei 2019, dengan luas tanam 5.000 m2 dengan populasi tanaman sebanyak 6.769 pohon dalam panen perdana ini menghasilkan panen sebanyak 5 ton.

  

Dalam acara apel Senin, 15 April 2019, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta memberikan apresiasi dan penghargaan yang pertama kepada Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Muara Angke yang ditetapkan sebagai Pelabuhan Perikanan Kelas Pelabuhan Perikanan Nusantara yang telah melakukan aktifitas E-Log Book penangkapan ikan terbanyak oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia yang diberikan dalam acara Rapat Kerja Terpadu di Bogor, 8 April 2019.

E-Log Book merupakan kebijakan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia terkait pencatatan hasil penangkapan ikan di laut yang dilakukan kapal-kapal penangkap ikan. Sistem pelaporan online ini telah diwajibkan bagi semua kapal.

Apresiasi kedua diberikan kepada Hari Prayitno yang telah mendapatkan anugerah sebagai Penyuluh Pertanian Berprestasi dari Menteri Pertanian Republik Indonesia dalam acara Apresiasi dan Penguatan Penyuluh dan Petani Andalan di Makasar, 10 April 2019.

Penghargaan ini diraihnya berkait inovasinya dalam mengembangkan teknologi tepat guna yang dapat mengatasi permasalahan keterbatasan lahan pertanian. Salah satu cara yang dilakukannya dengan menerapkan sistem hidroponik dalam lahan pertanian terbatas.

Kalau kita membeli barang elektronik seperti TV atau Kulkas, sering mendapat plastik bubble. Plastik bubble adalah lembaran plastik  yang berisi bantalan udara berbentuk bulat untuk melindungi barang agar tidak pecah atau rusak. Plastik bubble tersebut jangan dibuang, karena dapat dimanfaatkan sebagai pengganti Net Pot dan Rockwool pada budidaya tanaman dengan system hidroponik. Plastik bubble dipotong-potong selebar 3 sampai dengan 5 cm panjang disesuaikan dengan bahan yang ada. Potongan Plastik bubble ini nanti digulung-gulung bersamaan dengan bibit tanaman sayuran yang akan ditanam dengan sistem hidroponik. Gulungan Plastik bubble dan bibit yang ada di dalamnya membentuk lingkaran tidak lebih dari 23 mm atau seluas lingkaran lubang yang akan dibuat di paralon. Penggunaan Plastik bubble dapat menghemat pengeluaran untuk membeli net pot dan rockwool. Biasanya satu lubang tanam membutuhkan satu buah net pot plus dengan potongan kecil rockwool seharga 1.250 sampai dengan 1.500 rupiah. Pengeluaran tersebut cukup digantikan dengan satu helai plastik bubble seukuran lebar 3 sampai dengan 5 cm. Semakin banyak lubang tanam yang akan dibuat maka semakin kecil biaya yang dikeluarkan untuk membangun sistem hidroponik.

Menurut Hary Prayitno, Penyuluh Pertanian Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan yang merupakan penggagas utama pemanfaatan plastik bubble ini menyatakan bahwa selain dapat menurunkan biaya penanaman, keuntungan lain adalah serangan lumut yang sering menyerang rockwool dan net pot dapat dihindari, selain dari itu, plastik bubble  dapat mencegah masuknya air hujan kedalam system pengairan hydroponic yang dapat mengganggu konsentrasi AB Mix yang ada dalam tabung cadangan. Mengingat penggunakan Plastik bubble ini tidak perlu membuat lubang tanam di paralon sebesar ukuran netpot, maka jarak tanam dapat diperpendek menjadi 10 sampai dengan 12 cm dari yang sebelumnya antara 20 sampai dengan 25 cm. Jadi dalam pipa paralon yang panjangnya 4 meter sebelumnya dengan menggunakan net pot dan rockwool terdapat 20 populasi tanaman, sedangkan dengan menggunakan plastik bubble dapat dibuat jarak tanam 10 sampai dengan 12 cm maka populasi tanaman bisa mencapai maksimal 40 buah. Secara keseluruhan penggunaan plastik bubble sebagai pengganti net pot dan rockwool dapat menurunkan biaya produksi dan meningkatkan populasi tanaman, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan.

Penggunaan plastik bubble telah mulai dilakukan dan dikembangkan oleh Hary Prayitno pada kelompok-kelompok tani  binaan  di wilayah kerja penyuluh pertanian Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Bahkan di kantor Kecamatan Pesanggrahan sekarang ini sudah diterapkan sebagai obyek percontohan kepada masyarakat luas. Jadi untuk bercocok tanam sayuran dengan menggunakan sistem hidroponik tidak harus mahal, dapat menggunakan barang-  yang tidak dapat digunakan lagi, namun secara teknis dapat dimanfaatkan untuk bercocok tanam dengan hidroponik. Menurut Prayitno ke depan penggunaan sistem hidroponik akan semakin murah saja, tentunya  dengan syarat,  harus  terus menerus mencoba sendiri di rumah dengan menggunakan bahan-bahan yang ada disekitar kita, termasuk juga didalamnya bagaimana kita akan meracik AB Mix yang bisa lebih murah dari pada kita membeli di toko yang sudah siap pakai. Saran Penyuluh Pertanian Senior ini adalah  jika ingin berbahasil di tanaman hidroponik adalah dengan terus berinovasi tanpa batas.

(Harry Prayitno, Penyuluh Pertanian Kecamatan Pesangggrahan, Didi Setiabudi Penyuluh Pertanian Dinas KPKP, 2019)

Pemda DKI Jakarta memiliki lahan seluas 98 Ha di Ciangir Legok Provinsi Banten. Sekitar 30 Ha akan dibuat Komplek Permukiman Pemasyarakatan Kementrian Hukum dan Hak Azazi Manusia RI, dan seluas 2,5 Ha akan di manfaakan untuk lahan pertanian.

Hari ini, Rabu 16 Januari 2019 Dinas KPKP Prov DKI Jakarta bersama Dinas Lingkungan Hidup Prov DKI, Kanwil Kemenkumham Banten dan Komunitas Pertanian Perkotaan DKI Jakarta melakukan monitoring pemanfaatan lahan tidur milik Pemda DKI Jakarta di Ciangir Legok Provinsi Banten.

Hadir dalam monitoring tsb Kepala Bidang Pertanian, Kepala UPT Pusbangbenih dan Proteksi Tanaman DKPKP, unsur Dinas Lingkungan Hidup serta Kepala Rutan Kelas 1 Tangerang Ciangir Legok Banten.

Kepala Dinas KPKP mengatakan dalam pelaksanaannya nanti, pengelolaan lahan pertanian akan melibatkan komunitas pertanian perkotaan DKI Jakarta dan Kelompok Tani Ciangir Legok Banten. Jenis tanaman yang akan ditanam antara lain cabai, bawang, jagung dan sayuran.

Dedy Cahyadi, Kepala Rutan Kelas 1 Tanggerang Ciangir Legok Banten Kanwil Kemenkumham Banten menyambut baik pelaksanaan ini dan akan membantu koordinasi dengan masyarakat setempat. Berharap lahan pertanian yang akan dibuat dapat dimanfaatkan jg sebagai lokasi percontohan pertanian konvensional bagi masyarakat rutan kelak.

 

Siapa sangka di Kepulauan Seribu yang tanahnya berpasir dan kualitas air yang salinitasnya tinggi bisa menghasilkan buah semangka dengan kualitas prima. Tidak kalah dengan hasil semangka yang ada di darat. Bobot satu buah semangka bisa mencapai 5 Kg, padahal pengolahan tanah yang dilakukan pada waktu penanaman hanya menggunakan pengolahan tanah minim (minimum tillage). Demikian hal tersebut diungkapkan oleh Solihin, Kepala Seksi Ketahanan Pangan dan Pertanian Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu pada waktu monitoring kegiatan pertanian yang dilakukan pada tanggal 13 Februari 2018 di Pulau Tidung Kecil di Kepulauan Seribu.

Budidaya semangka yang dilakukan tanpa menggunakan pupuk buatan sedikitpun, hanya mengandalkan pupuk organic yang terdiri dari daun-daun kering yang telah melalui proses composting dan dengan mengandalkan penyiraman dengan air hujan, mampu menghasilkan buah semangka yang bagus. Diakui oleh Solihin bahwa budidaya semangka ini dilakukan dilahan bukaan baru yang awalnya adalah semak belukar dan ilalang yang tumbuh liar. Analisanya mungkin karena tanah hasil bukaan pertama kali itu masih banyak mengandung nutrisi untuk menjamin tumbuh subur dan menghasilkan buah semangka yang bagus.

Budidaya semangka dilakukan penyuluh dan staf dari UPT Pusat Budidaya dan Konservasi Laut (PBKL) milik DInas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta seluas 300 meter persegi yang dapat menampung 200 bibit semangka. Semangka yang ditanam dengan varietas local pada bulan November 2017 kemarin, sekarang sudah mulai dipanen secara bertahap.

Pada waktu monitoring kegiatan pertanian telah diambil contoh buah yang di panen sebanyak 50 buah semangka, dimana satu buah semangka memiliki bobot antara 4 s/d 5 Kg per buah. Keberhasilan menanam semangka di Pulau Seribu ini khususnya di Pulau Tidung Kecil memberikan motivasi bagi masyarakat bahwa ternyata di Kepulauan Seribu dengan keterbatasan kondisi lahannya tetap mampu menghasilkan beberapa komoditas pangan, khususnya buah-buahan dan sayuran yang penting bagi pemenuhan kebutuhan pangan di Kepulauan Seribu sendiri. Untuk itu telah dilakukan ujicoba untuk membudidayakan tanaman pangan lainnya seperti aneka sayuran daun, jagung, kacang panjang, jeruk, buah naga dan tanaman buah dalam pot. Semua upaya itu mampu menghasilkan pangan dengan kualitas yang prima.

Kegiatan monitoring yang dilakukan oleh Kepala Seksi KPKP Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu guna mempersiapkan panen besar yang akan dilakukan oleh Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada bulan Februari ini. Namun dibalik keberhasilan tersebut ada tantangan yang cukup besar dalam mengembangkan budidaya tanaman pangan di Kepulauan Seribu antara lain mengingat kondisi lahannya yang berpasir, hanya lahan yang bukaan pertama kali saja yang dapat menghasilkan buah yang bagus, sementara kalau digunakan untuk penanaman yang kedua dan selanjutnya, produksi buahnya pasti akan jauh berkurang.

Tantangan yang kedua adalah kalau penanaman dilakukan pada musim kemarau, dimana air siraman harus menggunakan air yang netral dalam jumlah yang terbatas. Untuk itu diharapkan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jakarta dapat melakukan pengkajian budidaya tanaman pangan di Kepulauan Seribu dan bagaimana prospek pengembangannya di masa depan. Memproduksi buah dan sayuran di Kepulauan Seribu selain mampu mengurangi ketergantungan pangan dari luar pulau, juga diharapkan mampu menyediakan pangan dengan kualitas yang prima untuk dikonsumsi masyarakat di Kepulauan Seribu, Suatu tantangan bagi peneliti di BPTP Jakarta. (Didi Setiabudi Dinas KPKP, Solihin Suku Dinas KPKP Kabupaten Adm Kep Seribu, tahun 2018)

Meskipun Jakarta bukan daerah pertanian, namun upaya untuk menanam tanaman pangan tetap dilakukan oleh penyuluh pertanian. Hal ini terbukti di BPP Ragunan para penyuluh pertanian telah berhasil melakukan panen jagung manis yang telah ditanam di lahan percontohan di BPP Ragunan. Panen yang dilaksanakan pada tanggal 29 Desember 2017 berbarengan dengan pertemuan rutin penyuluh pertanian di wilayah kota Jakarta Selatan dapat dikatakan cukup berhasil, mengingat lahan percontohan yang terdiri dari 4 petak guludan, dimana dalam satu guludan terdapat 60 batang tanaman, maka dapat menghasilkan 720 tongkol jagung manis dengan lahan kurang dari 50 meter. Karena ini lahan percontohan maka hasil panen yang dilakukan untuk dikonsumsi oleh para penyuluh yang hadir dalam acara tersebut. Dilahan percontohan penyuluh di BPP ragunan tidak hanya jagung manis saja yang ditanam masih banyak jenis tanaman sayuran lain yang ditanam seperti bayam, caisin, slada, terong dan masih banyak lagi jenis-jenis sayuran daun dan buah yang ditanam. Upaya ini dilakukan oleh para penyuluh pertanian khususnya di Jakarta Selatan untuk memberikan edukasi bagi para petani atau kelompok tani dan juga warga masyarakat yang berkunjung ke BPP Ragunan. Menurut Tony Suprayitno, selaku penyuluh koordinator Jakarta Selatan bahwa upaya demplot berbagai tanaman sayuran dan tanaman pangan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas penyuluh pertanian sebelum mereka melakukan penyuluhan kepada warga masyarakat. Jadi sebelum mereka menyuluh, para penyuluh pertanian sudah pernah melakukan hal tersebut. Upaya lain yang telah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan penyuluh adalah memberikan kesempatan kepada penyuluh untuk mengungkapkan pengalamannya dalam melakukan penyuluhan kepada seluruh warga masyarakat. Sehingga diharapkan antara para penyuluh pertanian saling belajar satu sama lain. Keberadaan demplot penyuluh di BPP Ragunan ini tidak terlepas peranannya dari Kepala Seksi KPKP Wilayah Kota Jakarta Selatan yang mampu memfasilitasi tempat BPP sebagai ajang sarana belajar mengajar untuk meningkatkan kapasitas para penyuluh pertanian yang ada di Wilayah Kota Jakarta Selatan ini (Didi Setiabudi, Sri Hurustiati, Penyuluh Pertanian Madya , Bidang Ketahanan Pangan, tahun 2017)